Koneksi antar materi - Kesimpulan dan refleksi modul 1.1)

Pada kesempatan kali ini, saya selaku penulis ingin membuat 2 pandangan yang dituangkan dalam tulisan, yang pertama adalah pandangan penulis terhadap materi yang telah diajarkan pada modul 1.1 serta apa yang penulis rasakan dan alami setelah mendapatkan materi dari modul tersebut yang penulis refleksikan dan coba terapkan dalam pembelajaran.

Guru sebagai pendidik pada jenjang satuan pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik sehinga menjadi determinan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Pentingnya peran guru dalam pendidikan diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 yang berbunyi: " Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik adar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara  yang demokratis serta bertanggung jawab.


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan tentang pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagai aktualisasi pendidik. Sudah sangat jelas fungsi guru dalam mengembangkan kemampuan peserta didik dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Di awal pembelajaran CGP, diberikan modul 1, dimana pada modul 1.1 penulis diajarkan tentang Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, dan alur pembelajarannya menggunakan akronim MERRDEKA yaitu Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Refleksi terbimbing, Demontrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman dan Aksi nyata.

Andi Nurcahyani, dkk (2021) menyimpulkan pendapat Diane Gossen, salah satu motivasi perilaku manusia adalah untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Berdasarkan motivasi ini dan dengan alur belajar MERRDEKA penulis mencoba memahami, menghayati dan melaksanakan materi Modul 1.1 di kelas dan sekolah unutk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila menjadi target dan impian.

Asas Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Bagi kita seorang pendidik , siapa yang tidak kenal dengan sosok Ki Hajar Dewantara (KHD). Jasa beliau begitu besar bagi pendidikan di Indonesia, dan bahkan pandangan-pandangan beliau telah menjadi Filosofi Pendidikan Nasional seperti yang kembali digaungkan saat ini.                                Asas pendidikan menurut KHD membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin.Sedangkan Pendidikan memberikan tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009) dalam Simon PR (2021). "pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segaa kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya"

Dasar-dasar Pendidikan

Menurut Simon P R (2021) dasar-dasar pendidikan menurut KHD dalam proses 'menuntun', anak di beri kebebasan namun pendidik sebagai 'pamong' dalam mmberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang 'pamong' dapat memberikan 'tuntunan' agar anak dapat menemukan kemerdekaanya dalam belajar. KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, 'waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu". KHD menggunakan "barang-barang" sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijasikan sebagai sumber belajar.

  • Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
KHD menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan "sifat" dan "bentuk" lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan "isi" dan "irama".
  • Budi Pekerti 
Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), karsa (afektif)m dan Karya (psikomotorik)
  • Montessori, Frobel, dan Taman Siswa
Perbedaan Montessori, Frobel, dan Taman Siswa adalah : 
a. Montessori mementingkan pelajaran panca indrea, hingga ujung jari pun dihidupkan rasanya, menghadirkan beberapa alat untuk latihan panca indera dan semua itu bersifat pelajaran. Anak diberi kemerdekaan dengan luas, tetapi permainan tidak dipentingkan.
b. Frobel juga menjadikan panca indera sebagai konsentrasi pembelajarannya, tetapi yang diutamakan adalah permainan anak-anak, kegembiraan anak, sehingga pelajaran panca indera juga diwujukan menjadi barang-barang yang menyenangkan anak-anak.
c. Taman Siswa bisa dikatakan memakai kedua metode tersebut, akan tetapi pelajaran panca indera dan permainan akal itu tidak dipisah, yaitu dianggap satu. Sebab, dalam Taman Siswa terdapat kepercayaan bahwa dalam segala tingkah laku dan segala kehidupan anak-anak tersebut sudah diisi Sang Maha Among (pemelihara) dengan segala alat-alat yang bersifat mendidik si anak.

Koneksi antar materi
  • Sebelum mempelajari pemikiran KHD
Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran KHD, penulis percaya bahwa dengan tindakan-tindakan tegas dan menghukum siswa bisa merubah perilaku mereka. Ketika mereka melakukan kesalahan yang berulang kali dan dengan tegas penulis memberikan hukuman yang tidak sesuai dengan kodrat mereka seperti pada saat mereka bertengkar penulis menghukum mereka dengan saling bermaafan dan membersihkan kelas. Pada saat mereka tidak mengerjakan tugas, penulis memberikan tugas yang lebih banyak lagi. Padahal jika dipikir-pikir berulang kali, tugas sedikit saja murid terasa berat mengerjakan apalagi jika ditambahlagi tugas lainnya. Mereka bisa dianggap berubah dalam sikap dan ketaatan kepada penulis namun perubahan yang terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara, bukan atas kesadaran pribadinya. Penulis belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering marah-marah ketika ada anak yang terkesan sulit diajak bekerjasama dan bermalas-malasan dalam suatu pelajaran. Penulis menyadari belum banyak yang bisa penulis lakukan dan menyuguhkan model-model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa penulis.
  • Setelah mempelajari pemikiran KHD
Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran KHD, pemikiran yang berubah dari penulis adalah bahwa penulis harus memberikan tuntunan kepada peserta didik dengan lebih sabar dan ikhlas, karena mereka masing-masing unik dan berbeda. Dalam konsep membina penulis akan mengingat 3 hal yakni ing ngarsa tung tulada, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Di depan menjadi contoh, ditengah memberikan semangat, dan di belakang memberikan dorongan. Selain itu juga penulis tidak perlu memberikan hukuman yang bersigat tidak mendidik namun penulis lebih baik memberikan teladan agar mereka bisa melihat dan mencontohnya untuk bekal mereka kelak. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka dengan mencoba berbagai macam model pembelajaran. Lebih merdeka dengan konsep pembelajaran seperti yang dicontohkan KHD. 
  • Yang bisa saya diterapkan
Yang segera bisa penulis terapkan dari pemikiran-pemikiran KHD adalah tidak memberikan hukuman-hukuman kepada siswa, lebih sabar dalam membimbing, mengenali lebih dalam karakter dan latar belakang siswa (keluarga/lingkungan) dengan menjalin komunikasi dengan orang tua, hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan kunjungan rumah atau home visit. Lebih dalam menggali potensi diri untuk mengenali profil pelajar setiap siswa penulis yang ada di kelas. Sehingga dapat memetakan tindakan dan memberikan lecutan semangat untuk mengembangkan kodrat alam yang mereka miliki di masa kodrat zaman yang mereka lalui. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa melalui pemilihan media pembelajaran yang bervariasi, baik berupa gambar, video, maupun audio atau pembelajaran yang berbasis permainan selain belajar di dalam kelas juga belajar di luar kelas dengan alam terbuka.

Dan akhirnya, penulis hanya bisa berdoa, semoga apa yang ditulis dan dicoba terapkan bisa menjadi pembelajaran dan penginngat untuk terus memperbaiki diri dan menjadi contoh bagi peserta didik maupun masyarat sekitanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AKSI NYATA PENERAPAN PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

suksesss