Lubang Bekas Paku
postingan ini kutulis karena kecerobohan ku..eh..maksudku baik..tp salah tanggap...ok..met baca ya..
Seorang ayah pernah menasehati anak laki-lakinya yang suka marah2 dan bete dengan orang lain. Lalu, anak laki-lali tersebut diajak ke kandang kudanya yg terlatak di sebelah rumah. Setibanya di tepi kandang kuda, ayahnya mengatakan, "anakku, jika engkau marah maka tanamkan sebatang paku ke pagar ini. Semakin engkau marah, engkau pukul paku itu keras-keras. Begitu seterusnya". Sejak saat itu, jika sang anak marah kepada siapapun, dia selalu memukul sebatang paku pada pagar kandang kudanya, dan dia sangat senang mampu melakukan hal itu.
Sebulan kemudian, dgn bangga si anak menunjukkan kpd ortunya bahwa paku-paku yg ditanamkan pada pagar kandang kudanya sdh smakin byk. Lalu, si ayah kemudian mengatakan, "Nah, sekarang kalau kau bisa menahan marah dan tidak jadi marah, bahkan bisa meminta meminta maaf kpd org lain, cabut paku2 tsb 1 /1. Begitu seterusnya!". Menerima tantangan tsb, dgn mantap si anak mengatakan, "Oke!", tanpa tahu apa maksud yg diberikan ayahnya tsb.
Sebulan kemudian, ayahnya bertanya, "adakah paku yg sdh dicabut?"
Dengan mantap si anak menjawab,"Sdh smua, Pak!"
Lantas ayahnya ingin melihat "hasil karya" si anak ke pagar kandang kudanya. Di pagar kandang kuda tsb, ayahnya mengatakan bahwa memang smua paku sdh tercabut, namun meninggalkan bekas lubang yg terlihat jelas.
hali itu berarti ketika kita memarahi seseorang, akan menanamkan luka yg dalam pd diri org yg dimarahi tsb. Bahkan, jika kemudian kita meminta maaf (mencabut kembali paku tersebut), hal itu tetap meninggalkan luka menganga.
Kemarahan ternyata memberikan dampak buruk pd emosi, baik bagi mereka yg marah maupun mereka yg kena akibatnya. Ketika zona kenyamanan seseorang terganggu maka rasa tdk puas akan muncul, yg bisa telampiaskan dlm bentuk kata2 or tindakan yg dpt berakibat lukanya hati seseorang. Luka ini tentu akan meninggalkan bekas yg tdk mudah hilang begitu saja, sekalipun sdh melalui "sungkem" di hari raya.
Seorang ayah pernah menasehati anak laki-lakinya yang suka marah2 dan bete dengan orang lain. Lalu, anak laki-lali tersebut diajak ke kandang kudanya yg terlatak di sebelah rumah. Setibanya di tepi kandang kuda, ayahnya mengatakan, "anakku, jika engkau marah maka tanamkan sebatang paku ke pagar ini. Semakin engkau marah, engkau pukul paku itu keras-keras. Begitu seterusnya". Sejak saat itu, jika sang anak marah kepada siapapun, dia selalu memukul sebatang paku pada pagar kandang kudanya, dan dia sangat senang mampu melakukan hal itu.
Sebulan kemudian, dgn bangga si anak menunjukkan kpd ortunya bahwa paku-paku yg ditanamkan pada pagar kandang kudanya sdh smakin byk. Lalu, si ayah kemudian mengatakan, "Nah, sekarang kalau kau bisa menahan marah dan tidak jadi marah, bahkan bisa meminta meminta maaf kpd org lain, cabut paku2 tsb 1 /1. Begitu seterusnya!". Menerima tantangan tsb, dgn mantap si anak mengatakan, "Oke!", tanpa tahu apa maksud yg diberikan ayahnya tsb.
Sebulan kemudian, ayahnya bertanya, "adakah paku yg sdh dicabut?"
Dengan mantap si anak menjawab,"Sdh smua, Pak!"
Lantas ayahnya ingin melihat "hasil karya" si anak ke pagar kandang kudanya. Di pagar kandang kuda tsb, ayahnya mengatakan bahwa memang smua paku sdh tercabut, namun meninggalkan bekas lubang yg terlihat jelas.
hali itu berarti ketika kita memarahi seseorang, akan menanamkan luka yg dalam pd diri org yg dimarahi tsb. Bahkan, jika kemudian kita meminta maaf (mencabut kembali paku tersebut), hal itu tetap meninggalkan luka menganga.
Kemarahan ternyata memberikan dampak buruk pd emosi, baik bagi mereka yg marah maupun mereka yg kena akibatnya. Ketika zona kenyamanan seseorang terganggu maka rasa tdk puas akan muncul, yg bisa telampiaskan dlm bentuk kata2 or tindakan yg dpt berakibat lukanya hati seseorang. Luka ini tentu akan meninggalkan bekas yg tdk mudah hilang begitu saja, sekalipun sdh melalui "sungkem" di hari raya.
Komentar
mencerahkan. :)