Jangan pandang remeh Kami

postingan kali ini ingin bercerita tentang dunia pendidikan yang tidak adil bagi para penyandang cacat dan menyambut hari internasional penyandang cacat (hipenca, 3-12). akhir bln mei '07 saya mengantar beberapa siswa ke univ.pancasila untuk mengikuti psikotes yang diadakan oleh fak.teknik. setelah siswa masuk ke ruangan, aku duduk mengobrol dengan 3 orang ibu-ibu,yang setelah itu kuketahui sebagai guru dan orang tua dari siswa yang ikut tes.
perbincangan hangatpun mengalir, orangtua siswa mulai membanggakan anaknya yang katanya memeiliki kemampuan matematika yang bagus terlihat dari hasil nilai-nilai tes yang slalu dikisaran 9-10. setelah bercerita panjang lebar akhirnya si 'ibu' ini mulai membongkar rahasia, ternyata anaknya 'tuna netra'.
sang anak dilahirkan sebagai tunanetra dan anak tunggal,namun kecacatan sianak tidak membuat ke2 orangtuanya merasa perlu mengkasihani dan memanjakannya. anaknya diasuh, dibimbing dan diajarkan layaknya anak normal. pendidikan dasar dilalui di selolah luar biasa (SLB) itupun tidak tamat karena sang anak menuntut disekolah biasa untuk anak-anak 'normal'. kebetulan orangtuanya mampu, selain belajar disekolah anaknya juga diikutkan kursus melukis,bahkan sampai saat ini pun kegiatan itu masih berlangsung.
ketika ditanya bagaimanakah cara belajar ia,yang memiliki kendala. ternyata semua keluarganya turut membantu,dirumah semua pelajaran yang disampaikan di sekolah diulang dengan bantuan ibu dan neneknya, yang membacakan pelajaran, lalu si anak menyimak dan mencoba memahami serta mengingat. ingatannya luar biasa,jika ada ulangan maka ia akan menjawab memakai tulisan dan huruf braille,lalu dikoreksi dengan bantuan guru SLBnya dahulu,begitu seterusnya guru ini akan datang seminggu sekali ke sekolah normal dia.
tamat sd ia melanjutkan ke smpn tapi sebelumnya tidak mudah bagi si ibu untuk mencari sekolah yang mau menerima anak dengan keterbatasan (sekolah inklusi),tapi berkat lobi yang baik,akhirnya ia bisa bersekolah di smp unggulan dki yang terletak di tebet.
ujian akhir smp ia lalui dengan hasil yang memuaskan,bahkan jika saja ia anak normal maka ia bisa diterima di sma 8, sma unggulan nasional. tapi lagi-lagi alasan kecacatan menjadi penghalang, ahkirnya ia bersekolah d sman di daerah kalibata, dekat markasnya slank.
sekarang ia sudah kelas 2,waktu di kelas 1 ia ingin masuk ke jurusan ipa,karena nilai ipa dan matematika memuaskan, utunk setiap ujian matematika ia selalu ditempatkan didepan dan hanya jawaban akhir yang ditulis, jawaban itu selalu benar,bahkan untuk materi dimensi 3 yang bagi anak-anak biasa selalu menjadi momok tetap dicapainya dengan angka 10. ia menjadi kesayangan guru. cita-cita awal ingin menjadi ahli apoteker,lalu berubah menjadi akuntan seperti sang papa, tapi berganti ingin menjadi pengacara karena acara TV yang dia sukai adalah tayangan kriminal. setiap tes undang-undang or hapalan ingatannya tajam. subhanallah allah menciptakan kekurangan disalh satu sisi tapi memberikan kelebihan disisi yang lain.
jika saja ia melihat tentu aktivitas rutinnya seperti remaja yang lain, suka ke mall, nonton, bahkan aktivitas yang membuang-buang waktu. ia cantik, langsing, tinggi, putih, tak ada yang menyangka ia cacat kalau tidak memperhatikan cara ia berjalan. dalam urusan kebersihan dan kewanitaan ia amat resik, toilet pribadinya jika dipakai orang lain sekalipun anggota keluarga sendiri akan dibersihkan dengan tuntas. urusan menabung, hemat sekali, tetai jika disuruh membantu sesama tangannya ringan. ibadahnya juga bagus bahkan hapalan surat dari al quranpun tidak kalah.
aku yang sampai saat ini belum melihat sosoknya merasa kagum akan semangat juangnya untuk tetap survive, dan eksis bahwa keberhasilan, kepintaran dan mungkin kesuksesan tidak diukur dari fisik tapi dari semangat juang, siapapun dia, darimana, dan bagaimana bentuk fisiknya. merupakan tamparan dipipi seandainya sebagai manusia normal masih bermain-main dan tidak mau serius dalam setiap aktivitas. sekolah sebagai tempat aktivitasku sehari-hari ternyata juga masih menutup sebelah mata bahkan mungkin menolak keberadaan mereka jika mereka ingin masuk kedalammya. padahal dalam UUD 45 setiap warganegara berhak mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang sama, dan salah satu sarana untuk membuat anak-anak yang berkebutuhan khusus bisa maju dan merdeka hak-haknya adalah dengan sekolah, belajar. jadi berikan mereka pendidikan yang sama, hanya mungkin ada kebutuhan khusus yang harus mereka pelajari. yang pasti jangan pandang remeh mereka, biarpun masih banyak dari mereka yang tak persekolah hanya karena dana dan ketidaktahuan. pendidikan inklusi untuk masa depan yang lebih cerah harus didukung semua pihak...indahnya...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AKSI NYATA PENERAPAN PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

suksesss